FRAGILE ? NO MORE :D

28 April, 2010

aku kira aku sudah menemukan laki-laki yang sempurna untukku tapi ternyata dia sudah menemukan perempuan yang sempurna untuknya
bukan, bukan. aku bukan ingin menceritakan kisah cinta yang bertepuk sebelah tangan. tapi aku ingin menceritakan sebuah cerita dimana dua orang sahabat mencintai lelaki yang sama. sepeti yang kalian ketahui sahabat tidak pernah menyakiti satu sama lain. tapi kalimat itu tidak berlaku pada cerita ini. ini hanya sebuah cerita biasa dari persahabatan biasa yang diam-diam saling menyakiti.
awalnya semua baik-baik saja. sampai akhirnya aku mengagumi mantan pacar sahabatku. aku tau aku salah tapi aku lebih memilih untuk jujur pada sahabatku daripada harus menyembunyikan perasaanku dengan kebohongan-kebohongan yang akhirnya akan terbongkar. tapi sahabatku memilih cara lain. ia lebih suka menyimpan semua yang ia rasakan daripada ia harus menyakiti perasaanku. tapi sayang niat baiknya itu justru hanya semuanya menjadi runyam.
pagi ini begitu mendung, sama seperti pikirannku saat ini KACAU. tadinya aku pikir, ini hanya masalah biasa tapi aku salah. justru masalah itu yang akhir-akhir ini membuat kepalaku sangat sakit. tapi apa boleh buat, hidup harus terus berjalan. "ayaaaaaaaaaaaaaaaas", suara yang sudah sangat ku hafal itu membuyarkan lamunanku."ada apa rin?", sahutku lemas. "semalam aku melihat ferdy dan dina mengobrol ....". aku tak dapat mendengar ucapan rina sepenuhnya karna tubuhku terlanjur lemas mendengarnya. akhir-akhir ini mereka memang semakin dekat. tiba-tiba terlintas dipikiranku kata-kata ferdy, ia mengatakan bahwa ia sudah tidak lagi mencintai dina. tapi setelah mendengar ucapan rina barusan, aku sadar semua perkataan ferdy hanya omong kosong belaka. "kau tak apa yas?" lagi-lagi suara sopran itu yang membuyarkan lamunanku."aku tak apa ri", jawabku asal. "daritadi aku perhatikan kau melamun terus, kalau ada masalah cerita saja", ujar dhilla."apa kau masih memikirkan masalah tadi pagi?" tambah rina."tidak kok, aku hanya berfikir betapa bodohnya kau percaya pada omong kosong ferdy"."sudahlah masih banyak laki-laki di dunia ini" ucap tyas."iya benar, lupakan saja si pembohong itu", timbal ira. mereka adalah sahabat-sahabatku. betapa beruntungnya aku memiliki mereka. kalau saja tidak ada mereka, mungkin aku sudah bunuh diri. jujur aku sudah tidak bisa menahan emosiku lagi dan aku memutuskan untuk mejauhi dina sampai emosiku mereda.
tak tahu kenapa, rasanya lidah ini sangat ingin mengatakan sesuatu pada dina, tapi aku tak mau membuat semuanya semakin berantakan. aku lebih memilih untuk menyindirnya dengan ucapan-ucapan yang dulu pernah ia katakan padaku. begitu jelas di ingatanku waktu ia mengatakan bahwa ferdy hanya masa lalunya, tapi sekarang aku sadar, ferdy bukan hanya sebagai masa lalunya tapi juga menjadi masa kininya. semenjak aku sindir, sekarang dina terlihat lebih diam dan tertutup. jujur aku merasa bersalah tapi apa boleh buat. tak sepatah kata "MAAF" pun yang terucap dari bibirnya. mungkin sekarang dina dan ferdy sangat membenciku tapi aku sudah benar-benar tidak peduli dengan mereka.
sampai suatu hari aku sedang bermain "truth or dare" bersama agung, rangga, reza, dana dan tia. permainan yang memiliki peraturan bila tak bisa menjawab pertanyaan harus diberi tantangan ini sempat membuatku deg-deg-an. tibalah dimana aku yang mendapat giliran. beberapa pertanyaan dilontarkan sampai akirnya ada sebuah pertanyaan yang membuat tenggorokanku sakit, pertanyaan itu berasal dari dan, ia bertanya apakah aku masih mencintai ferdy atau tidak? dan aku hanya dapat memilih BUNGKAM. dan akupun harus bisa menerima konsekuensinya. aku harus menjalankan tantangan yang mereka berikan. dan tantangan yang mereka berikan adalah "MEMINTA MAAF PADA DINA" aku tercengang mendengarnya. rasanya aliran darahku berhenti seketika. tubuhku pun mulai melemas. tak ada pilihan lain, aku pun harus melakukannya. ketika aku beranjak berjalan ke depan kelas, suasananya sudah mulai hening." eehm, saya..emm.. ayas.. eng.. ingin meminta maaf ke pada dina karena akhir-akhir ini sering menyindirnya", sederhana memang tapi kalimat tersebut hampir saja membuat jantungku berhenti berdetak. ternyata belum selesai sampai di situ. "salaman dong, biar lebih afdol maafannya", celetuk seseorang. belom sampai mataku menemukan sumber suara tersebut seisi kelas mulai riuh meneriakkan kata-kata yang sama. aku menyerah dan mengikuti kemauan teman-temanku untuk bersalaman dengan dina. awalnya aku melakukan ini hanya karna permainan bodoh itu. tapi setelah aku pikir matang-matang, biarkan saja semuanya kembali menjadi normal.
mungkin aku bukan berasal dari tulang rusuk ferdy. mungkin juga dia bukan yang terbaik untukku. dan aku yakin Tuhan punya rencana yang lebih baik lagi untukku. aku bersyukur dengan adanya masalah ini aku bisa menjadi lebih dewasa. selamat tinggal ayas yang cengeng. rasanya aku ingin berteriak sekencang kencangnya



FRAGILE? NO MORE
hahahaha


with love ♥

Follow me

me!

Foto saya
say my name and I'll be your friend :) curious on politic. Beatlemania. Juz hate me but don't even try to hurt me.

Categories